Layanan Perpustakaan Digital Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Wahyu Gunanda
Email:wahyugunanda12@gmail.com
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
1.
Pendahuluan
Manusia pada umumnya sangat
membutuhkan yang namanya informasi, apalagi dalam keadaan sekarang ini dunia
sedang dihantui dengan adanya pandemi Covid-19, yaitu sebuah virus jenis baru
yang datang dari Negara China. Oleh karena pandemi ini seluruh masyarakat
dihimbau untuk melakukan social distancing dan juga physical distancing,
yang dapat mengakibatkan masyarakat harus berada dirumah, beribadah
dirumah, kerja di rumah, sekolah dirumah dan sebagainya.
Sehingga masyarakat khususnya pekerja dan mahasiswa mau tidak mau
harus melakukan kegiatan melalui online atau Work from Home (WfH).
Lembaga internasional di bidang perpustakaan yaitu IFLA (International
Federation of Library Associations and Institutions) telah mengeluarkan
pedoman bagi perpustakaan seluruh dunia untuk bisa memberikan layanan selama
masa pandemi berlangsung.
Di
masa seperti sekarang ini, masyarakat akan memfokuskan dirinya pada media
berita melalui televisi, media sosial maupun media online lainnya.
Masyarakat juga akan menggunakan waktunya untuk menelusur informasi di internet
dan media komunikasi seperti Line, WhatsApp, Telegram, Facebook,
Twitter, dan Instagram untuk memperoleh informasi terbaru/ up-to-date terkait
dengan Covid-19. Masyarakat sangat membutuhkan informasi terbaru seputar
perkembangan terbaru Covid-19 seperti misalnya jumlah pasien yang terjangkit
virus Corona, kebijakan-kebijakan baru pemerintah dalam menanggulangi pandemi,
informasi tentang vaksin, bagaimana mencari bahan bacaan di perpustakaan dan
lain-lain.
Banyak mahasiswa dan siswa yang
melakukan kegiatan belajar dan mengajar melalui online atau dilakukan di
rumah masing-masing untuk menghindari penularan virus. Oleh sebab itu
perpustakaan seharusnya dapat mengambil peluang untuk mempromosikan
perpustakaannya agar eksistensinya terlihat di mata masyarakat luas.
Perpustakaan dapat memaksimalkan layanan digitalnya melalui perpustakaan
digital yang dimilikinya. Perpustakaan dapat mengoptimalkan layanan yang ada
dengan membuat perkembangan-perkembangan baru yang dapat mempermudah pemakai dalam
mengakses informasi. [1]
Dalam
pengembangan perpustakaan digital saat ini dan masa depan, diperlukan kesiapan
dari pengelola perpustakaan untuk meningkatkan kualitas layanan yang dapat
mengikuti perkembangan zaman dan responsif terhadap perubahan salah satunya
bila terjadi pandemi seperti sekarang ini.
Menurut
teori lima hukum ilmu perpustakaan oleh Ranganathan, salah satunya perpustakaan
merupakan organisasi yang tumbuh (growing orgnism). Oleh sebab itu,
kemajuan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan
pengembangan perpustakaan merupakan tuntutan perpustakaan dalam memenuhi
kebutuhan zaman.
Perpustakaan
sebagai pusat informasi dan masyarakat yang membutuhkan informasi ibarat dua
sisi mata uang yang saling berhubungan yang tak dapat dipisahkan. Hal itu dapat
terwujud manakala perpustakaan sudah siap melayani dengan sumber informasi yang
memadai, sementara masyarakat mampu dan mau memhami, menghayati serta memaknai
peningnya informasi dalam keehariannya.[2]
Perpustakaan menurut Sulistyo Basuki adalah
sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan
untuk menyimpan buku dan
terbitan lainya yang biasanya di simpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan
untuk dijual.[3]
Perpustakaan harus sudah merubah fisiknya ke dalam bentuk non-fisik atau digital yang dapat diakses dimana dan kapan pun oleh masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka perpustakaan dapat memanfaatkannya dengan membuat perpustakaan digital dengan bentuk web responsive. Akan tetapi, implementasi perpustakaan digital pada masa kini masih jauh dari yang diharapkan. Terdapat beberapa masalah terkait dengan perpustakaan digital, yaitu belum adanya konsep perancangan pembangunan perpustakaan digital yang jelas, terdapat masalah terkait dengan manajemen, teknologi dan kebijakan.
2. Masalah
Di masa sekarang ini dunia sedang disibukkan dengan urusan satu
pandemi, tidak terkecuali di Indonesia. Masalah ini disebabkan oleh salah satu
virus pemicu flu, batuk dan sesak nafas dan berakibat kematian. Virus ini
bernama Corona, tepatnya Covid-19 (Coronavirus
Diasease 2019). Virus ini ditemukan pertama kali di kota Wuhan, China.
Virus ini telah merenggut ribuan nyawa warga China secara beruntun, tak lupa
pula dengan di Indonesia. seluruh dunia telah mengalami pandemi Covid-19 yang
merupakan virus yang ditakuti oleh manusia yang berasal dari kota Wuham,
China.
Pandemi
Covid-19 di awal tahun 2020 banyak memberikan dampak terhadap aktivitas normal
yang dilakukan manusia, termasuk kegiatan perpustakaan yang selama ini
dilakukan. Aktivitas penghentian layanan perpustakaan secara manual untuk
menghindari kontak langsung dengan pemustaka sebagai tindakan dalam pencegahan
dan penularan Covid-19. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui
bagaimana layanan perpustakaan selama masa pandemi dan konsep layanan
perpustakaan digital yang bisa dilakukan dan memberikan analisis dari penerapan
komunikasi informasi beberapa layanan secara online kepada pemustaka.
Konsep digital library, sebagai bentuk komunikasi informasi dari lembaga perpustakaan ke pemustakanya. Beberapa perpustakaan seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Medan telah memberikan layanan online berupa aplikasi epusda Kota Medan dan informasi terkait informasi terbaru dari perkembangan kasus Covid-19 ini, dari update data per hari, layanan literasi kesehatan dalam pencegahan penularan, dan database hasil penelitian terkait Covid-19. Layanan perpustakaan digital dituntut untuk bisa memberikan perubahan dari layanan manual menuju layanan digital saat pandemi berlangsung.[4]
3. Pembahasan
dan Analisis
a. Peran
Perpustakaan
Perkembangan zaman saat ini ditandai dengan
terjadinya perubahan yang sangat cepat, perubahan dalam segala bidang kehidupan
masyarakat. Perpustakaan sebagai lembaga yang orientasinya melayani masyarakat
penggunanya, harus tanggap dengan perubahan itu kalau tidak ingin ditinggalkan.
Perpustakaan harus cepat beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi, bukannya
mengisolir dalam dunianya sendiri.[5]
Menurut Hellprin dalam
makalah Putu L. Pendit, perpustakaan tidak perlu mengubah fungsi utama yang
kini dijalaninya, melainkan harus menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.
Untuk itu perpustakaan harus bekerja keras meningkatkan efesiensi dalam
menjalankan fungsi sebagai pengelola informasi dan memberikan layanan yang
terbaik kepada pmustaka.
Setiap perpustakaan
memiliki tanggung jawab dengan tuntutan profesionalisme pengelolaan, guna
menjawab perkembangan zaman dan merespons serta berusaha memenuhi kebutuhan
pemakai yang selalu berkembang. Kesemuanya itu tidak sederhana dan tidak pernah
berakhir, tetapi akan terus berubah, inovasi dan menyesuaikan dengan lingkungan
kehidupan masyarakatnya.
Di negara-negara yang
sudah maju, perpustakaan merupakan cermin kemajuan masyarakatnya, karena itu
menunjukkan perpustakaan adalah bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari.
Sementara di negara-negara berkembang, keberadaan eksistensi dan perhatian
masyarakat terhadap perpustakaan masih sangat terbatas. Penyebabnya beraneka
ragam, di antaranya orang lebih atau masih mementingkan pemenuhan kebutuhan
sosial ekonomi sebelum menjadikan perpustakaan sebagai prioritas kebutuhannya.
Perpustakaan masih merupakan keinginan (wants) daripada kebutuhan (needs) bagi sementara orang, yang artinya bahwa kesadaran dan pemahaman tentang perlunya layanan perpustakaan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sudah ada mulai menggejala dan bekembang, tetapi belum merupakan prioritas utama. Pada sisi lain untuk menyediakan perpustakaan yang representatif, merata, dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat masih menghadapi tantangan yang tidak sederhana. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perpustakaan belum dapat berkembang dan masih belum bisa berdiri sendiri, di antaranya adalah : (1) pengelola perpustakaan, (2) sumber informasi dan (3) pemustaka.
b. Keberadaan
Perpustakaan Digital
Kita sering mendengar istilah library
without wall (perpustakaan tanpa dinding), virtual library
(perpustakaan maya), digital libraries (perpustakaan digital), electronic
library (perpustakaan elektronik), library cyber (perpustakaan cyber),
hyper library (perpustakaan hyper) baik dalam pembicaraan
sehari-hari maupun dalam literatur.
Kehadiran teknologi informasi
menajdi solusi bagi perpustakaan konvensional yang memiliki keterbatasan di
dalam masalah koleksi. Seperti yang kita ketahui, koleksi merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan mutu layanan suatu perpustakaan. Hal ini karena
koleksi merupakan hal yang sangat penting bagi pengguna perpustakaan seperti
dosen, mahasiswa, dan peneliti, maupun bagi masyarakat umum dalam memenuhi
kebutuhan informasi. Koleksi perpustakaan dalam hal ini harga bukunya cukup
mahal sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Medan telah memberikan layanan online berupa aplikasi Epusda Kota Medan
yang dimana aplikasi ini memiliki fungsi untuk memudahkan pemustaka mencari dan
membaca ebook yang telah disediakan oleh dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Medan, pemustaka bisa mendownloadnya di Playstore dan google app.
Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Medan ini juga bisa dikatakan sudah menjadi
perpustakaan digital (digital library). Yang
dimana perpustakaan digital adalah
suatu organisasi yang menyediakan sumber-sumber informasi, termasuk staf ahli
untuk menyeleksi, menyusun menyediakan akses menerjemahkan, menyebarkan,
memelihara kesatuan dan mempertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam
format digital sehingga selalu tersedia dan mudah untuk digunakan oleh
komunitas tertentu dan yang ditentukan.[6]
Menurut
kamus kepustakawanan Indonesia perpustakaan digital adalah suatu sistem
perpustakaan yang memiliki berbagai layanan dan objek informasi yang mendukung
akses objek informasi melalui perangkat digital. Perpustakaan digital ini tidak
berdiri sendiri, tetapi terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan
informasinya terbuka bagi seluruh masyarakat dunia.
Perpustakaan ini tidak menyimpan buku konvensional, tetapi hanya
menyimpannya perlu menggunakan multimedia reader sesuai dengan jenis
media penyimpan yang digunakan. Multimedia ini ditempatkan di ruang umum dan
ruang baca individu. Disamping itu informasi yang disimpan pada electronic
memory, magnetic, maupun optical disc itu dapat diakses dari jarak
jauh (internet). Sistem ini bahwa informasi yang dikelola dapat diakses oleh
siapa pun, dan dimana pun dan kapan pun
waktunya.[7]
c. Konsep
Perpustakaan Digital
Istilah
perpustakaan digital merupakan terjemahan dari “digital library”. Negara
Amerika Serikat merupakan titik awal perkembangan digital library yang
saat ini sudah menyebar secara merata ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Banyak penyebutan perpustakaan digital yang berkembang di masyarakat.
Pada
umunya masyarakat mengenalnya sebagai perpustakaan daring, perpustakaan online,
perpustakaan elektronik (e- library) atau virtual library.
Perpustakaan digital tidak jauh berbeda dengan perpustakaan konvensional, yang
menjadi pembedanya adalah koleksinya. perpustakaan konvensional yang menjadi
pembedanya adalah koleksinya. Yang dimana perpustakaan konvensional memiliki
koleksi tercetak, maka perpustakaan digital memiliki koleksi elektronik atau
tidak tercetak.Perpustakaan digital tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan zaman dimana teknologi tumbuh secara pesat.
Perpustakaan
digital ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan perpustakaan konvensional
yaitu :
1.
Menghemat
ruangan
Karena koleksi perpustakaan digital adalah dokumen-dokumen
berbentuk digital, maka penyimpanannya pun sangat efesien. Semua koleksi
digital disimpan dalam 1 server yang dikelola dalam suatu software perpustakaan
digital. Saat ini kapasitas hard disk mencapai terra byte (TB) yang
mampu memuat hingga jutaan ebooks dan ribuan file multimedia.
Perpustakaan hanya cukup menyediakan beberapa unit computer yang
berperan sebagai klien untuk dapat mengakses server tersebut. Saat ini
teknologi mobile seperti smartphone dan tablet bisa
berfungsi sebagai komputer client dan dapat mengakses server
perpustakaan tersebut.
Server perpustakaan tersebut juga bisa diakses melalui internet
dengan memberikan IP Publik (Internet Protocol Public) dan domain. Dengan
demikian siapappun bisa menikmati layanan koleksi perpustakaan tanpa harus
datang ke perpustakaan tersebut. Perpustakaan seperti inilah yang sering
disebut dengan istilah library without wall (perpustakaan tanpa
dinding).
2.
Akses ganda
(multiple access)
Kekurangan perpustakaan konvensional adalah akses terhadap
koleksinya bersifat tunggal. Artinya apabila ada sebuah buku dipinjam oleh
seorang anggota perpustakaan, maka anggota lain yang akan meminjam harus
menunggu buku itu dikembalikan terlebih dahulu. Berbeda halnya dengan koleksi
digital. Setiap pengguna perpustakaan dapat menggunakan sebuah koleksi buku
digital dalam waktu yang bersamaan baik hanya untuk dibuka (preview),
maupun untuk diunduh (download). Tidak ada batasan jumlah pengguna untuk
memanfaatkan suatu koleksi digital tersebut.
3.
Tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu
Perpustakaan digital bisa diakses darimana saja dan kapan saja
tanpa terikat oleh ruang dan waktu selama ada jaringan internet. Berbeda dengan
perpustakaan konvensional yang hanya bisa diakses oleh pengguna yang datang ke
perpustakaan saat layanannya terbuka. Jika perpustakaan tutup maka pengguna yang
datang tidak dapat mengakses perpustakaan tersebut. sebaliknya walaupun
perpustakaan buka jika pengguna berhalangan datang maka ia pun tidak dapat
mengakses layanan perpustakaan.
4.
Koleksi dapat
berbentuk multimedia
Koleksi perpustakaan digital tidak hanya koleksi yang bersifat teks
atau gambar saja. Koleksi perpustakaan digital dapat berbentuk kombinasi antara
teks, gambar, suara dan video yang dikenal dengan sebutan multimedia. Bahkan
saat ini koleksi digital berkembang dengan mendukung berbagai format video,
animasi, ebooks, dan html (web).
Pengguna bisa memanfaatkan beragam koleksi ini sesuai dengan
ketersediaan konten dan ketertarikan mereka. Konten multimedia memiliki daya
tarik tersendiri. Tidak semua orang suka dengan membaca buku teks. Mereka lebih
menyukai mempelajari sesuatu menggunakan multimedia yang lebih menarik dan
lebih mudah dicerna.
5.
Biaya lebih
murah
Proses
membangun perpustakaan digital memang membutuhkan waktu, sumber daya manusia
(SDM) yang andal, berbagai perangkat, dan dana yang tidak sedikit. Namun jika
melihat sifat konten digital yang bisa dimanfaatkan dan digandakan dengan
jumlah yang tidak terbatas, kita akan dapat menyimpulkan bahwa konten digital
tersebut biayanya sangat murah.[8]
Ada tiga karakteristik utama perpustakaan digital sebagaimana
diulas oleh Tedd dan Large dalam buku National Science Foundation
sebagaimana yang dikutip oleh Pendit :
a.
Perpustakaan
digital menggunakan teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan,
mencari, dan menggunakan informasi dalam dalam berbagai bentuk di dalam sebuah
jaringan digital yang tersebar luas.
b.
Memiliki
kokeksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan berbagai data,
baik di lingkungan internal maupun eksternal.
c.
Merupakan
kegiatan mengoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan
bersama-sama komunitas pemakai jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi
komunitas tersebut. Oleh sebab itu perpustakaan digital merupakan integrasi
berbagai institusi, seperti perpustakaan, musem, arsip, dan juga sekolah yang
memilih, mengoleksi, mengelola, merawat dan menyediakan informasi secara luas
ke berbagai komunitas.
Perpustakan digital
adalah koleksi data multimedia dalam skala besar yang terorganisasi dengan
perangkat manajemen informasi dan metode yang mampu menampilkan data sebagai
informasi dan pengetahuan yang berguna bagi masyarakat dalam berbagai konteks
organsiasi dan sosial masyarakat. Hal ini berarti perpustakaan digital memerlukan
model baru untuk akses informasi dan digunakan oleh pengguna dalam arti
yangpaling luas. Tujuan riset dan pengembangan perpustakaan digital adalah
untuk menghasilkan paradigma riset dan produk yang melayani pengguna dengan
kebutuhan informasi dalam rentang luas serta dengan harapan yang semakin luas
pula. Untuk mencapai tujuan tesebut pe riset harus melihat teknologi ke dalam
konteks daerah, sosial, hukum dan ekonomi dan harus mendapatkan informasi dari
pengguna dan studi penggunaan dalam setiap tahapan desain teknologi dan siklus perkembangan.
Saracevic juga memberikan pemikiran bahwa perpustakaan digital
merupakan layanan perpustakaan yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi
informasi. Menurutnya, setiap pengembangan perpustakaan digital disertai dengan
perubahan teknologi yang besar menyesuaikan dengan perkembangan teknologi di
masyarakat. Perpustakaan digital merupakan upaya/inisiatif sebuah perpustakaan
dalam melestarikan sumber daya informasi.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, perpustakaan digital
merupakan sebuah perpustakaan yang memberikan layanannya melalui online dan
berisi koleksi-koleksi digital perpustakaan yang dapat diakses oleh semua
masyarakat secara terus-menerus dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Perpustakaan digital bukan sebuah entitas tunggal karena membutuhkan teknologi
informasi dalam pembangunannya. Teknologi itulah yang menghubungkan koleksi
yang dimiliki di database perpustakaan. Tautan yang ada bersifat transparan
bagi pemustaka sehingga pemustaka tidak hanya dapat membuka catatan bibliografi
dari suatu bahan pustaka tetapi juga dapat melihat dan membaca bahan pustaka
tersebut. Misalnya bukunya dapat ditampilkan dan dibaca secara virtual.
Salah satu terciptanya perpustakaan digital dan harus dilakukannya
kegiatan digitalisasi di perpustakaan, karena beberapa dasar pemikiran, yaitu:
a)
Perkembangan
teknologi informasi semakin membuka peluang-peluang baru bagi pengembang
teknologi informasi perpustakaan yang murah dan mudah diimplementasikan oleh
perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu,saat ini teknologi informasi sudah
menjadi keharusan bagi setiap perpustakaan di Indonesia, terlebih untuk memnuhi
tuntunan terhadap kebutuhan informasi masyarakat yang berbasis pengetahuan.
b)
Perpustakaan
sebagai lembaga edukatif, preservatif, dan rekreatif. Maka dari itu, perlu
didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini dan massa yang akan datang
sesuai kebutuhan untuk mengakomodir kegiatan tersebut, sehingga informasi dari
seluruh koleksi yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkannya
dari dalam maupun luar negeri.
c)
Dengan
fasilitas digitalisasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang ada dapat
dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik Indonesia,maupun dunia
internasional.
d)
Volume
pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu hingga ratusan ribu,
bahkan bisa sampai jutaan koleksi,dengan layanan yang mencakup masyarakat
sekolah,sehingga perlu didukung dengan sistem otomasi yang lama, sehingga dapat
mempertahankan layanan yang prima.[9]
d. Konsep
Komunikasi Informasi
Manusia
sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain atau hidup
sendiri, melainkan bersama-sama hidup dengan orang lain, pasti memerlukan
komunikasi terhadap manusia lainnya untuk mengutarakan maksud dan tujuan bahkan
saling juga bertukar pikiran. Tanpa komunikasi maka manusia akan sulit untuk
berhubungan karena komunikasilah yang memberikan suatu relasi atauhubungan
terhadap manusia yang satu kepada manusia lainnya.[10]
Kita sebagai manusia tentu sangat sering bahkan tidak pernah tidak
melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan
komunikasi baik itu kepada orang tua, teman ataupun orang asing. Komunikasi
tidak hanya dilakukan dengan berbicara tetapi gerakan tubuh dan ekspresi wajah
juga dianggap sebagai komunikasi. Dan pada masa pandemi Covid-19 ini manusia
berkomunikasi dan memberikan informasi menggunakan media sosial yang dimana Media sosial adalah sebuah media online,
dengan cara penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan
menciptakan isi. Perkembangan media sosial akhir-akhir ini sangat pesat.[11]
Menurut Harold D. Lasswell, seorang peletak
dasar ilmu komunikasi, menyebutkan bahwa ada tiga fungsi dasar pentingnya
berkomunikasi, yaitu hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya, upaya
manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan, dan upaya manusia untuk melakukan
transformasi warisan sosialisasinya. Selain itu, sifat manusia untuk
menyampaikan keinginan dan mengetahui hasrat orang juga merupakan dasar
seseorang berkomunikasi. Kegagalan dan keberhasilan seseorang dalam mencapai
sesuatu sebagian besar ditentukan oleh kemampuan individu dalam berkomunikasi.
Menurut
paradigma Harold D. Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of
Communcation in Society dalam Mulyana, komunikasi memiliki 5 unsur penting
yaitu:
1.
Komunikator
(Siapa yang mengatakan)
2.
Pesan (Apa yang
disampaikan)
3.
Media (Melalui
apa)
4.
Komunikan
(Kepada siapa mengatakannya)
5.
Efek (Memiliki
dampak apa)
Berdasarkan paradigma Lasswell
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian komunikasi adalah terjadinya
interaksi antara pemberi dan penerima pesan melalui berbagai media yang dapat
menimbulkan pengaruh tertentu. Jadi, syarat utama terjadinya komunikasi adalah
adanya interaksi antara komunikan dan komunikator. Informasi merupakan isi dari
unsur pesan dalam komunikasi. Informasi memiliki dampak sebagai pembuat
keputusan bagi penerimanya. Oleh sebab itu, unsur pesan dan usur efek memiliki
keterkaitan yang sangat kuat. Siklus dalam proses komunikasi berawal dari
komunikator membawa pesan yang berisi informasi kemudian informasi tersebut
disampaikan kepada komunikator secara langsung maupun tak langsung, hasil
akhirnya informasi tersebut dapat memberikan informasi kepada komunikan.
e. Kebutuhan
adanya Perpustakaan Digital (Digital Library)
Perkembangan
informasi global semakin tampak dirasakan oleh masyarakat baik dalam kebutuhan
barang, layanan maupun jasa. Di era digital seperti sekarang ini, perpustakaan
harus mengikuti alur perkembangan teknologi dan menyesuaikan kebutuhan serta
keadaan pemustakanya. Pada setiap masa, perpustakaan akan terus berkembang
semakin canggih dan semakin besar. Baik dari sisi luar perpustakaan seperti
gedung maupun sisi dalam seperti pustakawan dan koleksinya. Dengan berubahnya
arus perkembangan teknologi dan juga kebutuhan masyarakat akan informasi maka,
mau tidak mau perpustakaan harus membentuk perpustakaan digital.
Menurut
Masnezah perpustakaan digital merupakan suatu kumpulan koleksi informasi yang
besar dan teratur, didigitalkan dalam berbagai bentuk (kombinasi antara teks,
gambar, suara dan video) yang yang memungkinkan pencarian informasi kapan dan
dimana saja melalui konsep jaringan komunikasi global serta penggunaan teknologi
informasi yang maksimal.[12]
Perpustakaan
digital juga perpustakaan yang tidak harus memiliki perpustakaan fisik akan
tetapi koleksi yang dihimpun bersifat maya. Berbeda dengan perpustakaan
hibrida, perpustakaan hibrida memiliki keduanya. Perpustakaan hibrida merupakan
perpustakaan tradisional yang berkembang dengan menggunakan bantuan jaringan
komputer. Koleksi perpustakaan hibrida terbagi menjadi 2 yaitu koleksi digital
dan koleksi fisik. Perpustakaan inilah yang banyak dijumpai di Indonesia maupun
di luar negeri. Hal tersebut dikarenakan tuntutan
masyarakat yang menginginkan kemudahan dan efisiensi dalam mengakses sumber
informasi. Akan tetapi, pada saat ini penyebutan kedua perpustakaan tersebut
dianggap sama yaitu perpustakaan digital/ digital library.
Dengan
bantuan teknologi, perpustakaan dan pustakawan dapat memberikan layanannya
melalui online. Misal layanan sirkulasi, dengan perpustakaan digital
maka pemustaka dapat melakukan peminjaman dan pengembalian buku yang berbentuk e-book.
Selain itu, perpustakaan juga dapat memberikan layanan Ask Librarian sebagai
pengganti pustakawan di perpustakaan fisik. Selain itu, juga dapat memberikan
fitur-fitur baru seperti menonton film, gaming, dan fitur lain yang
berguna untuk menarik minat pemustaka dalam menggunakan perpustakaan tersebut
sebagai hiburan.
Sebagian
besar perpustakaan yang terakreditasi sudah mengembangkan perpustakaan
digitalnya dengan menggunakan bantuan website seperti misalnya digilib,
library, lib. atau aplikasi yang dapat diakses apabila terdapat jaringan
internet. Setiap perpustakaan harus memiliki inisiatif tersendiri untuk
mempromosikan perpustakaannya kepada masyarakat luas agar eksistensi
perpustakaan tidak hilang. Selain itu, dengan perpustakaan digital maka
perpustakaan juga memiliki database yang digunakan untuk menyimpan/menghimpun
sumber daya informasi milik perpustakaan.
Perpustakaan tidak hanya menyediakan sumber informasinya saja, akan
tetapi juga ikut andil dalam membimbing pemustaka. Ada juga Menurut Putu Laxman
Pendit dalam makalahnya yang membahas perpustakaan perguruan tinggi yang
berjudul “Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi: Tantangan Peningkatan Kualitas
Jasa”, sebuah perpustakaan seharusnya menyediakan program yang telah disusun
secara runtut dan terorganisir dalam membantu pemustaka yang hanya bisa memakai
koleksi perpustakaan hingga menjadi pemustaka yang memiliki kemampuan literasi
informasi atau kemampuan menyusun strategi pencarian informasi sesuai dengan
kebutuhan dan bidangnya. Dengan adanya perpustakaan digital, maka tuntutan
tersebut dapat terpenuhi. Karena, perpustakaan dapat memberikan bimbingan atau
informasi lain terkait dengan hal tersebut melalui fitur dan layanan yang diberikan.
f. Peran
Komunikasi Informasi
Perpustakaan
sebagai lembaga yang bergerak di bidang informasi pasti membutuhkan komunikasi
untuk memenuhi tujuan dibentuknya perpustakaan yaitu memenuhi kebutuhan
informasi masyarakat. Komunikasi merupakan unsur penting yang mempengaruhi
eksistensi perpustakaan. Tanpa adanya komunikasi, maka proses transmisi ilmu
pengetahuan akan sulit terjadi. Proses transmisi tersebut berada didalam
interaksi antara pustakawan dan pemustaka baik secara langsung maupun tidak
yang menjadi contoh nyata aktivitas komunikasi di perpustakaan.[13]
Pemanfaatan
media sosial salah satu media yang secara langsung dapat di update oleh
pemustaka, interaksi antara pengelola perpustakaan dengan pemustaka bisa secara
optimal melalui layanan di media sosial ini. Informasi yang diberikan oleh
lembaga perpustakaan akan selalu di nantikan oleh pemustaka yang memerlukan
sumber informasi untuk melalukan penelitian, tugas perkuliahan dan informasi
akademik lainnya. Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. [14]
Menurut Nasrullah media
sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan
dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan
pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual. Dalam media sosial, tiga
bentuk yang merujuk pada makna bersosial adalah pengenalan (cognition), komunikasi (communicate)
dan kerjasama (cooperation).[15]
Apabila
secara langsung, maka interaksi terjadi di perpustakaan fisik dan apabila
secara tidak langsung, maka interaksi terjadi melalui online misal
melalui website, chat, telepon, email. Proses komunikasi secara tidak langsung
dapat dilakukan melalui perpustakaan digital. Disinilah peran komunikasi
informasi sangat dibutuhkan. Perpustakaan digital dibentuk dalam rangka
memberikan kemudahan akses kepada pemustaka agar proses temu kembali informasi
menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, perpustakaan digital juga
dijadikan media promosi perpustakaan.
Hal
tersebut juga berlaku pada digital library di perguruan tinggi. Pada
saat ini banyak perguruan tinggi yang membangun perpustakaan digital untuk
dijadikan media promosi perpustakaan sekaligus institusinya. Oleh sebab itu,
komunikasi informasi memiliki peranan penting untuk meningkatkan layanan online
yang ada di perpustakaan digital tersebut. Dengan komunikasi informasi,
maka kualitas isi informasinya akan semakin baik dan tampilan layanan semakin
menarik.
g. Inovasi
layanan perpustakaan dalam pandemi Covid-19
Dunia
saat sedang dilanda sebuah pandemi yaitu Covid-19 yang merupakan sebuah virus
yang berasal dari Wuhan China. Akibat adanya pandemi tersebut muncul banyak
himbauan agar masyarakat tidak keluar rumah termasuk pekerja dan pelajar. Tagar
#workfromhome atau biasa disebut WFH merupakan himbauan agar para
pekerja dan pelajar melakukan kegiatannya di rumah saja. Melalui himbauan
tersebut munculah tagar-tagar baru yaitu #stayathome dan #socialdistancing.
Pandemi Covid-19 berdampak pada banyak hal, salah satunya perpustakaan.
Perpustakaan tidak dapat memberikan layanannya secara langsung, oleh sebab itu
perpustakaan beralih ke perpustakaan digital yang dapat diakses melalui website
agar masyarakat pengguna masih dapat menggunakan layanan sebagaimana
mestinya untuk memenuhi kebutuhan informasinya untuk misalnya tugas kuliah.
Dengan
adanya pandemi ini, maka perpustakaan khususnya perpustakaan digital dapat
mengambil peluang. Pada saat ini pasti banyak mahasiswa yang memerlukan bantuan
perpustakaan dalam memperoleh informasi melalui bahan pustaka atau sumber
informasi lain untuk memenuhi keperluan tugas kuliahnya. Perpustakaan digital
dapat melakukan evaluasi pelayanan digital dan mengambil 2 peluang dalam memberikan
layanan dari adanya pandemi ini, yaitu:
a. Promosi
perpustakaan.
Promosi
perpustakaan adalah seuatu kegiatan perpustakaan yang dirancang agar masyarakat
mengetahui manfaat perpustakaan dan dapat meningkatkan pendayagunaan seluruh
koleksi perpustakaan. Promosi perpustakaan menurut Qalyubi dkk adalah
memperkenalkan fungsi perpustakaan kepada pemakai, mendorong minat baca dan
masyarakat untuk menggunakan koleksi perpustakaan semaksimal mungkin,
memperkenalkan jasa pelayanan perpustakaan kepada masyarakat, memberikan
kesadaran masyarakat untuk mendukung kegiatan perpustakaan dan memasyarakatkan
program “tak kenal maka tak sayang”.[16]
b. Peningkatan
kualitas.
Perpustakaan digital yang sudah ada
dapat diperbaiki dan dikembangkan menjadi lebih baik kualitasnya. Perpustakaan
dapat memperbaiki kualitas sistemnya agar pengguna dapat merasakan kemudahan
akses dan pengoperasiannya. Perbaikan kualitas sistem yang dimaksud dapat
dilakukan dengan cara membangun website yang well-designed.
Misalnya tata letak rapi, tampilan visualnya menarik, isi informasinya beragam.
Dengan adanya peluang-peluang diatas, maka perpustakaan dapat menciptakan
sebuah inovasi. Inovasi tersebut dapat membantu peran peluang dalam mencapai
tujuannya.
h. Memberikan
informasi penting terkait Covid-19
Ketika adanya pandemi seperti ini, maka perpustakaan fisik akan
ditutup dan dialihkan ke perpustakaan digital. Penerapan konsep digital
library, baik di Indonesia maupun di luar negeri dapat memaksimalkan
kemampuan komunikasi informasinya dalam mengembangkan inovasi ini. Misalnya
update kasus Covid-19 seperti jumlah kematian dan tertular, memberikan video
yang disalurkan ke link youtube atau berita online yang kredibilitas isi
terjamin misalnya cara pencegahan, pentingnya social distancing.
Informasi-informasi tersebut dapat menambah pengetahuan pemustaka oleh sebab
itu perpustakaan harus aktif dalam menjalankan inovasi tersebut. Selain
informasi umum, perpustakaan juga dapat menyediakan tulisan-tulisan ilmiah atau
penelitian-penelitian terkait dengan Covid-19.
i.
Melakukan kerjasama antar perpustakaan
Inovasi
kedua yang dapat dilakukan perpustakaan ketika terjadi pandemi adalah
memperluas kerjasama antar perpustakaan. Dalam bekerja sama, perpustakaan dapat
melakukan kegiatan resource sharing
atau kegiatan saling berbagi dan memanfaatkan sumber daya perpustakaan. Sumber
daya yang dibagikan berupa informasi, koleksi dan staff. Perpustakaan dapat
bekerjasama dengan melakukan kegiatan seperti: menyediakan layanan ke
perpustakaan lain, menyediakan pelatihan ke staff perpustakaan lain, dan
berbagi koleksi yang dimiliki agar dapat digunakan oleh perpustakaan lain.
Kegiatan tersebut sudah banyak diterapkan pada perpustakaan-perpustakaan besar
yang ada di negara maju.
Sebaiknya
perpustakaan di Indonesia juga dapat mengikutinya agar pemustaka dapat lebih
mudah dalam memperoleh koleksi yang diinginkannya. Kegiatan dilakukan agar
perpustakaan dapat saling melengkapi kekurangannya. Pendit mengungkapkan bahwa
faktor pendorong adanya kegiatan resource sharing karena adanya,
“Perkembangan ilmu yang semakin multidisiplin dan kecepatan perubahan dalam
berbagai subjek atau topik penelitian, menyebabkan perpustakaan berganti
orientasi". Ia berpendapat bahwa perpustakaan yang mulanya berfokus pada
memperbanyak jumlah koleksi menjadi memperluas jangkauan kerjasama.
Menurut Posner dalam artikelnya yang berjudul “Library
information sharing: Best practices and trends, Challenges and prospects”,
bahwa dengan melakukan resource sharing, perpustakaan menyediakan bahan
pustaka yang sekiranya sulit ditemukan. Setiap perpustakaan yang saling bekerja
sama dapat memenuhi satu sama lain kekurangannya. Resource sharing dapat
dilakukan dengan cara membentuk sebuah pangkalan data yang berisi koleksi
digital. Dengan sistem tersebut, pemustaka akan mudah mengakses dan menemukan
kebutuhan informasi dengan mencarinya diantara timbunan koleksi digital yang
ada. Perpustakaan yang bekerjasama dapat membentuk sebuah layanan dalam website
perpustakaan yang disebut “shared collection”, dimana setiap
pengguna dari perpustakaan yang satu dapat meminjam koleksi perpustakaan lain
melalui website tersebut.
j. Menyediakan
layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Akibat dengan adanya pandemi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang
melakukan pekerjaannya di rumah. Pada awalnya, mereka masih menikmatinya akan
tetapi semakin lama masyarakat tersebut merasa bosan dan jenuh. Untuk mengatasi
rasa jenuh mereka biasanya membaca buku atau menonton film untuk mengisi
waktu-waktu luang mereka setelah menyelesaikan kewajibannya sebagai pekerja
atau pelajar. Dengan adanya keadaan tersebut, perpustakaan dapat mengembangkan
inovasi dengan cara menyediakan layanan terbaru yang sesuai dengan keinginan
masyarakat untuk mengisi waktu luangnya. Layanan koleksi berupa bacaan digital
menjadi yang penting diberikan kepada pemustaka dalam memberikan layanan
informasi. Kebutuhan bacaan digital saat masa pandemi akan memudahkan pemustaka
untuk membaca tanpa harus meminta buku secara fisik datang ke perpustakaan.
Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, perpustakaan baik di Indonesia maupun di luar negeri telah merubah kegiatan perpustakaannya menjadi dalam bentuk online/ digital dimana masyarakat pengguna perpustakaan dapat mengaksesnya dimanapun dan kapanpun. Perpustakaan mengambil tindakan yang cukup cepat dan tepat untuk menyesuaikan keadaan di lingkungan masyarakatnya. Setiap perpustakaan dapat mengambil peluang disetiap situasi yang ada dengan mengembangkan inovasi-inovasi yang sudah diterapkan maupun membentuk inovasi baru untuk memperluas jangkauan perpustakaan dan memperbesar eksistensi perpustakaan di mata masyarakat. Semakin banyaknya pustakawan yang berinovasi, maka semakin meningkat pula citra perpustakaan. Hal ini sesuai pendapat Haryanto bahwa pustakawan harus mengambil tindakan apapun termasuk inovasi terbaru untuk meningkatkan kepuasan pengguna sehingga pengguna akan dengan senang hati menggunakan perpustakaan digital tersebut.
Kesimpulan dan rekomendasi
Perkembangan
digital yang didukung oleh teknologi informasi dan informasi merupakan
tantangan perpustakaan pada masa kini. Perpustakaan perguruan tinggi harus
menyesuaikan trend yang ada di masyarakat. Apabila perpustakaan tidak dapat
mengikuti laju perkembangan teknologi yang pesat dapat dipastikan perpustakan
akan mengalami ketertinggalan zaman. Akibatnya eksistensi perpustakaan di
masyarakat akan ikut meredup. Oleh sebab itu, untuk menyiasati perkembangan
teknologi di era serba digital ini perpustakaan mengembangkan sebuah
perpustakaan digital yang dapat diakses melalui website perpustakaan
atau aplikasi yang dikembangkan oleh perpustakaan tersebut.
Dengan
adanya perpustakaan digital maka pengguna akan semakin mudah dalam melakukan
pencarian informasi di beberapa database koleksi digital. Selain itu mayoritas
pemustaka juga lebih sering melakukan pencarian informasi secara lintas
platform website database sehingga informasi yang didapat semakin luas.
Dalam mengembangkan perpustakaan digital, komunikasi merupakan unsur
terpenting.
Perpustakaan
harus benar-benar memikirkan informasi yang akan disampaikan agar pengguna
semakin tertarik untuk membuka lebih lanjut informasi yang diberikan.
Pustakawan memiliki peran penting dalam proses pengembangan ini karena mereka
merupakan otak dalam mengolah komunikasi informasi di website perpustakaan yang
ditunjang oleh teknologi informasi.
Dengan kecanggihan teknologi, perpustakaan dapat menampilkan informasi-informasi dengan tampilan yang menarik. Namun, harus diingat bahwa berdasarkan teori Ranganathan, perpustakaan merupakan organisasi yang berkembang. Salah satu upaya untuk mengembangkannya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi tanpa harus meninggalkan prinsip kepustakawan yang sudah tertanam di dalam diri perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan tidak boleh menyimpang dari tradisi yang sudah ada walaupun mengadopsi teknologi untuk pengembangan perpustakaan.
Daftar Pustaka
Buku
Wiji Suwarno. 2016. Organisasi Informasi Perpustakaan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Muh. Azwar Muin. 2015. Information Literacy Skill.
Makassar : Alauddin University Press.
Sutarno,
Ns.2006. Perpustakaan dan Masyarakat.
Jakarta : CV. Sagung Seto.
Sulistyo Basuki.1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Agus Rifai. 2003. Perpustakaan Islam. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Jurnal
Putut
Suharso. 2020. Layanan Perpustakaan
Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Pandemi
Covid-19. Jurnal : Anuva Vol 4 271-286.
Thoriq Tri
Prabowo. 2013. Mengenal Perpustakaan
Digital. Jurnal: FIHRIS Vol VIII No 1
Januari-Juni.
Hildayati Raudah Hutasoit. 2012. Perpustakaan
Digital Perpustakaan Massa Depan. Jurnal :
Iqra’. Vol 06
No. 02.
Subrata. 2009. Perpustakaan
Digital. Jurnal : Perpustakaan UM.
Ahmad Setiadi. 2015. Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektitas Komunikasi. AMIK BSI
Karawang.
Rerin Maulinda. Etika
Komunikasi Dalam Menggunakan Media Sosial. Unpam.
Auli Rahmi. 2017. Pembuatan Buku Panduan Media Promosi Perpustakaan di Perpustakaan
Amanah
Masjid Taqwa Muhammadiah Sumatera Barat. Jurnal : Ilmu
Informasi
Perpustakaan dan kearsipan. Vol 6 no 1.
Irsalina Almas. Peran Komunikasi Efektif Pustakawan. Universitas
Diponegoro Semarang.
Mulawarman.
2017. Perilaku Pengguna Media Sosial
beserta Implikasinya. Buletin
Psikologi.Vol.
25, No. 1, 36 – 44
Errika Dwi Setya
Watie .2011. Komunikasi dan Media Sosial. THE MESSENGER, Volume
III,
Nomor 1, Edisi Juli.
[1]
Putut Suharso. 2020. Layanan
Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Hlm 2.
[2] Sutarno, Ns. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta :
CV. Sagung Seto. 2006. Hlm 1
[3] Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta :
Universitas Terbuka. 1999. Hlm 17
[4] Agus Rifai. Perpustakaan Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2003. Hlm 18
[5] Wiji Suwarno. Organisasi Informasi Perpustakaan.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2016. Hlm. 7
[6]
Hildayati
Raudah Hutasoit. Perpustakaan Digital Perpustakaan Massa Depan.( Jurnal
Iqra’, 2012). Vol. 06, No. 02.
[7] Muh.Azwar
Muin. 2015. Information Literacy Skill. Hlm. 179
[8] Muh Azwar. Information Literacy Skill. Yogyakarta:Alauddin University Press.
2015. Hlm 181.
[9]
Subrata. Perpustakaan
Digital. (Jurnal Perpustakaan UM, 2009). Hlm 6
[10] Errika Dwi Setya Watie. Komunikasi dan Media Sosial. THE
MESSENGER, Volume III, Nomor 1, Edisi Juli 2011. Hlm 70.
[11] Rerin Maulinda. Etika Komunikasi Dalam Menggunakan Media Sosial. Unpam. Hlm 1
[12] Thoriq Tri Prabowo. Mengenal
Perpustakaan Digital. Jurnal: FIHRIS
Vol VIII No 1 Januari-Juni.
2013. Hlm 111
[13] Irsalina Almas. Peran Komunikasi Efektif Pustakawan.
Universitas Diponegoro Semarang. Hlm 3
[14] Mulawarman. Perilaku Pengguna Media Sosial beserta Implikasinya. Buletin Psikologi.
2017, Vol. 25, No. 1, 36 – 44.
[15] Ahmad Setiadi. Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektitas
Komunikasi. AMIK BSI Karawang. 2015. Hlm 1
[16] Auli Rahmi. Pembuatan Buku Panduan Media Promosi Perpustakaan di Perpustakaan
Amanah Masjid Taqwa Muhammadiah Sumatera Barat. Jurnal : Ilmu Informasi
Perpustakaan dan kearsipan. Vol 6 no 1.
2017. Hlm 2