Selasa, 01 September 2020

Layanan Perpustakaan Digital Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

 Layanan Perpustakaan Digital Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Wahyu Gunanda

Email:wahyugunanda12@gmail.com

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

1. Pendahuluan

            Manusia pada umumnya sangat membutuhkan yang namanya informasi, apalagi dalam keadaan sekarang ini dunia sedang dihantui dengan adanya pandemi Covid-19, yaitu sebuah virus jenis baru yang datang dari Negara China. Oleh karena pandemi ini seluruh masyarakat dihimbau untuk melakukan social distancing dan juga physical distancing, yang dapat mengakibatkan masyarakat harus berada dirumah, beribadah dirumah, kerja di rumah, sekolah dirumah dan sebagainya.

Sehingga masyarakat khususnya pekerja dan mahasiswa mau tidak mau harus melakukan kegiatan melalui online atau Work from Home (WfH). Lembaga internasional di bidang perpustakaan yaitu IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions) telah mengeluarkan pedoman bagi perpustakaan seluruh dunia untuk bisa memberikan layanan selama masa pandemi berlangsung.

Di masa seperti sekarang ini, masyarakat akan memfokuskan dirinya pada media berita melalui televisi, media sosial maupun media online lainnya. Masyarakat juga akan menggunakan waktunya untuk menelusur informasi di internet dan media komunikasi seperti Line, WhatsApp, Telegram, Facebook, Twitter, dan Instagram untuk memperoleh informasi terbaru/ up-to-date terkait dengan Covid-19. Masyarakat sangat membutuhkan informasi terbaru seputar perkembangan terbaru Covid-19 seperti misalnya jumlah pasien yang terjangkit virus Corona, kebijakan-kebijakan baru pemerintah dalam menanggulangi pandemi, informasi tentang vaksin, bagaimana mencari bahan bacaan di perpustakaan dan lain-lain.

Banyak mahasiswa dan siswa yang melakukan kegiatan belajar dan mengajar melalui online atau dilakukan di rumah masing-masing untuk menghindari penularan virus. Oleh sebab itu perpustakaan seharusnya dapat mengambil peluang untuk mempromosikan perpustakaannya agar eksistensinya terlihat di mata masyarakat luas. Perpustakaan dapat memaksimalkan layanan digitalnya melalui perpustakaan digital yang dimilikinya. Perpustakaan dapat mengoptimalkan layanan yang ada dengan membuat perkembangan-perkembangan baru yang dapat mempermudah pemakai dalam mengakses informasi. [1]

Dalam pengembangan perpustakaan digital saat ini dan masa depan, diperlukan kesiapan dari pengelola perpustakaan untuk meningkatkan kualitas layanan yang dapat mengikuti perkembangan zaman dan responsif terhadap perubahan salah satunya bila terjadi pandemi seperti sekarang ini.

Menurut teori lima hukum ilmu perpustakaan oleh Ranganathan, salah satunya perpustakaan merupakan organisasi yang tumbuh (growing orgnism). Oleh sebab itu, kemajuan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan pengembangan perpustakaan merupakan tuntutan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan zaman.

Perpustakaan sebagai pusat informasi dan masyarakat yang membutuhkan informasi ibarat dua sisi mata uang yang saling berhubungan yang tak dapat dipisahkan. Hal itu dapat terwujud manakala perpustakaan sudah siap melayani dengan sumber informasi yang memadai, sementara masyarakat mampu dan mau memhami, menghayati serta memaknai peningnya informasi dalam keehariannya.[2]

Perpustakaan menurut Sulistyo Basuki adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainya yang biasanya di simpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.[3]

Perpustakaan harus sudah merubah fisiknya ke dalam bentuk non-fisik atau digital yang dapat diakses dimana dan kapan pun oleh masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka perpustakaan dapat memanfaatkannya dengan membuat perpustakaan digital dengan bentuk web responsive. Akan tetapi, implementasi perpustakaan digital pada masa kini masih jauh dari yang diharapkan. Terdapat beberapa masalah terkait dengan perpustakaan digital, yaitu belum adanya konsep perancangan pembangunan perpustakaan digital yang jelas, terdapat masalah terkait dengan manajemen, teknologi dan kebijakan.

2. Masalah

Di masa sekarang ini dunia sedang disibukkan dengan urusan satu pandemi, tidak terkecuali di Indonesia. Masalah ini disebabkan oleh salah satu virus pemicu flu, batuk dan sesak nafas dan berakibat kematian. Virus ini bernama Corona, tepatnya Covid-19 (Coronavirus Diasease 2019). Virus ini ditemukan pertama kali di kota Wuhan, China. Virus ini telah merenggut ribuan nyawa warga China secara beruntun, tak lupa pula dengan di Indonesia. seluruh dunia telah mengalami pandemi Covid-19 yang merupakan virus yang ditakuti oleh manusia yang berasal dari kota Wuham, China.    

Pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 banyak memberikan dampak terhadap aktivitas normal yang dilakukan manusia, termasuk kegiatan perpustakaan yang selama ini dilakukan. Aktivitas penghentian layanan perpustakaan secara manual untuk menghindari kontak langsung dengan pemustaka sebagai tindakan dalam pencegahan dan penularan Covid-19. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana layanan perpustakaan selama masa pandemi dan konsep layanan perpustakaan digital yang bisa dilakukan dan memberikan analisis dari penerapan komunikasi informasi beberapa layanan secara online  kepada pemustaka.

Konsep digital library, sebagai bentuk komunikasi informasi dari lembaga perpustakaan ke pemustakanya. Beberapa perpustakaan seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Medan telah memberikan layanan online berupa aplikasi epusda Kota Medan dan informasi terkait informasi terbaru dari perkembangan kasus Covid-19 ini, dari update data per hari, layanan literasi kesehatan dalam pencegahan penularan, dan database hasil penelitian terkait Covid-19. Layanan perpustakaan digital dituntut untuk bisa memberikan perubahan dari layanan manual menuju layanan digital saat pandemi berlangsung.[4]

3. Pembahasan dan Analisis

a. Peran Perpustakaan

            Perkembangan zaman saat ini ditandai dengan terjadinya perubahan yang sangat cepat, perubahan dalam segala bidang kehidupan masyarakat. Perpustakaan sebagai lembaga yang orientasinya melayani masyarakat penggunanya, harus tanggap dengan perubahan itu kalau tidak ingin ditinggalkan. Perpustakaan harus cepat beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi, bukannya mengisolir dalam dunianya sendiri.[5]

            Menurut Hellprin dalam makalah Putu L. Pendit, perpustakaan tidak perlu mengubah fungsi utama yang kini dijalaninya, melainkan harus menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Untuk itu perpustakaan harus bekerja keras meningkatkan efesiensi dalam menjalankan fungsi sebagai pengelola informasi dan memberikan layanan yang terbaik kepada pmustaka.

            Setiap perpustakaan memiliki tanggung jawab dengan tuntutan profesionalisme pengelolaan, guna menjawab perkembangan zaman dan merespons serta berusaha memenuhi kebutuhan pemakai yang selalu berkembang. Kesemuanya itu tidak sederhana dan tidak pernah berakhir, tetapi akan terus berubah, inovasi dan menyesuaikan dengan lingkungan kehidupan masyarakatnya.

            Di negara-negara yang sudah maju, perpustakaan merupakan cermin kemajuan masyarakatnya, karena itu menunjukkan perpustakaan adalah bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara di negara-negara berkembang, keberadaan eksistensi dan perhatian masyarakat terhadap perpustakaan masih sangat terbatas. Penyebabnya beraneka ragam, di antaranya orang lebih atau masih mementingkan pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi sebelum menjadikan perpustakaan sebagai prioritas kebutuhannya.

            Perpustakaan masih merupakan keinginan (wants) daripada kebutuhan (needs) bagi sementara orang, yang artinya bahwa kesadaran dan pemahaman tentang perlunya layanan perpustakaan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sudah ada mulai menggejala dan bekembang, tetapi belum merupakan prioritas utama. Pada sisi lain untuk menyediakan perpustakaan yang representatif, merata, dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat masih menghadapi tantangan yang tidak sederhana. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perpustakaan belum dapat berkembang dan masih belum bisa berdiri sendiri, di antaranya adalah : (1) pengelola perpustakaan, (2) sumber informasi dan (3) pemustaka.

b. Keberadaan Perpustakaan Digital

            Kita sering mendengar istilah library without wall (perpustakaan tanpa dinding), virtual library (perpustakaan maya), digital libraries (perpustakaan digital), electronic library (perpustakaan elektronik), library cyber (perpustakaan cyber), hyper library (perpustakaan hyper) baik dalam pembicaraan sehari-hari maupun dalam literatur.

            Kehadiran teknologi informasi menajdi solusi bagi perpustakaan konvensional yang memiliki keterbatasan di dalam masalah koleksi. Seperti yang kita ketahui, koleksi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan mutu layanan suatu perpustakaan. Hal ini karena koleksi merupakan hal yang sangat penting bagi pengguna perpustakaan seperti dosen, mahasiswa, dan peneliti, maupun bagi masyarakat umum dalam memenuhi kebutuhan informasi. Koleksi perpustakaan dalam hal ini harga bukunya cukup mahal sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat.

            Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Medan telah memberikan layanan online berupa aplikasi Epusda Kota Medan yang dimana aplikasi ini memiliki fungsi untuk memudahkan pemustaka mencari dan membaca ebook yang telah disediakan oleh dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Medan, pemustaka bisa mendownloadnya di Playstore dan google app.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Medan ini juga bisa dikatakan sudah menjadi perpustakaan digital (digital library). Yang dimana perpustakaan digital adalah suatu organisasi yang menyediakan sumber-sumber informasi, termasuk staf ahli untuk menyeleksi, menyusun menyediakan akses menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan dan mempertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga selalu tersedia dan mudah untuk digunakan oleh komunitas tertentu dan yang ditentukan.[6]

Menurut kamus kepustakawanan Indonesia perpustakaan digital adalah suatu sistem perpustakaan yang memiliki berbagai layanan dan objek informasi yang mendukung akses objek informasi melalui perangkat digital. Perpustakaan digital ini tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi seluruh masyarakat dunia.

Perpustakaan ini tidak menyimpan buku konvensional, tetapi hanya menyimpannya perlu menggunakan multimedia reader sesuai dengan jenis media penyimpan yang digunakan. Multimedia ini ditempatkan di ruang umum dan ruang baca individu. Disamping itu informasi yang disimpan pada electronic memory, magnetic, maupun optical disc itu dapat diakses dari jarak jauh (internet). Sistem ini bahwa informasi yang dikelola dapat diakses oleh siapa pun,  dan dimana pun dan kapan pun waktunya.[7]

c. Konsep Perpustakaan Digital

Istilah perpustakaan digital merupakan terjemahan dari “digital library”. Negara Amerika Serikat merupakan titik awal perkembangan digital library yang saat ini sudah menyebar secara merata ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Banyak penyebutan perpustakaan digital yang berkembang di masyarakat.

Pada umunya masyarakat mengenalnya sebagai perpustakaan daring, perpustakaan online, perpustakaan elektronik (e- library) atau virtual library. Perpustakaan digital tidak jauh berbeda dengan perpustakaan konvensional, yang menjadi pembedanya adalah koleksinya. perpustakaan konvensional yang menjadi pembedanya adalah koleksinya. Yang dimana perpustakaan konvensional memiliki koleksi tercetak, maka perpustakaan digital memiliki koleksi elektronik atau tidak tercetak.Perpustakaan digital tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan zaman dimana teknologi tumbuh secara pesat.

Perpustakaan digital ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan perpustakaan konvensional yaitu :

      1.      Menghemat ruangan

Karena koleksi perpustakaan digital adalah dokumen-dokumen berbentuk digital, maka penyimpanannya pun sangat efesien. Semua koleksi digital disimpan dalam 1 server yang dikelola dalam suatu software perpustakaan digital. Saat ini kapasitas hard disk mencapai terra byte (TB) yang mampu memuat hingga jutaan ebooks dan ribuan file multimedia.

Perpustakaan hanya cukup menyediakan beberapa unit computer yang berperan sebagai klien untuk dapat mengakses server tersebut. Saat ini teknologi mobile seperti smartphone dan tablet bisa berfungsi sebagai komputer client dan dapat mengakses server perpustakaan tersebut.

Server perpustakaan tersebut juga bisa diakses melalui internet dengan memberikan IP Publik (Internet Protocol Public) dan domain. Dengan demikian siapappun bisa menikmati layanan koleksi perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan tersebut. Perpustakaan seperti inilah yang sering disebut dengan istilah library without wall (perpustakaan tanpa dinding).

     2.      Akses ganda (multiple access)

Kekurangan perpustakaan konvensional adalah akses terhadap koleksinya bersifat tunggal. Artinya apabila ada sebuah buku dipinjam oleh seorang anggota perpustakaan, maka anggota lain yang akan meminjam harus menunggu buku itu dikembalikan terlebih dahulu. Berbeda halnya dengan koleksi digital. Setiap pengguna perpustakaan dapat menggunakan sebuah koleksi buku digital dalam waktu yang bersamaan baik hanya untuk dibuka (preview), maupun untuk diunduh (download). Tidak ada batasan jumlah pengguna untuk memanfaatkan suatu koleksi digital tersebut.

     3.      Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu

Perpustakaan digital bisa diakses darimana saja dan kapan saja tanpa terikat oleh ruang dan waktu selama ada jaringan internet. Berbeda dengan perpustakaan konvensional yang hanya bisa diakses oleh pengguna yang datang ke perpustakaan saat layanannya terbuka. Jika perpustakaan tutup maka pengguna yang datang tidak dapat mengakses perpustakaan tersebut. sebaliknya walaupun perpustakaan buka jika pengguna berhalangan datang maka ia pun tidak dapat mengakses layanan perpustakaan.

    4.      Koleksi dapat berbentuk multimedia

Koleksi perpustakaan digital tidak hanya koleksi yang bersifat teks atau gambar saja. Koleksi perpustakaan digital dapat berbentuk kombinasi antara teks, gambar, suara dan video yang dikenal dengan sebutan multimedia. Bahkan saat ini koleksi digital berkembang dengan mendukung berbagai format video, animasi, ebooks, dan html (web).

Pengguna bisa memanfaatkan beragam koleksi ini sesuai dengan ketersediaan konten dan ketertarikan mereka. Konten multimedia memiliki daya tarik tersendiri. Tidak semua orang suka dengan membaca buku teks. Mereka lebih menyukai mempelajari sesuatu menggunakan multimedia yang lebih menarik dan lebih mudah dicerna.

     5.      Biaya lebih murah

Proses membangun perpustakaan digital memang membutuhkan waktu, sumber daya manusia (SDM) yang andal, berbagai perangkat, dan dana yang tidak sedikit. Namun jika melihat sifat konten digital yang bisa dimanfaatkan dan digandakan dengan jumlah yang tidak terbatas, kita akan dapat menyimpulkan bahwa konten digital tersebut biayanya sangat murah.[8]

Ada tiga karakteristik utama perpustakaan digital sebagaimana diulas oleh Tedd dan Large dalam buku National Science Foundation sebagaimana yang dikutip oleh Pendit :

a.       Perpustakaan digital menggunakan teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam dalam berbagai bentuk di dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas.

b.      Memiliki kokeksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal.

c.       Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama-sama komunitas pemakai jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi komunitas tersebut. Oleh sebab itu perpustakaan digital merupakan integrasi berbagai institusi, seperti perpustakaan, musem, arsip, dan juga sekolah yang memilih, mengoleksi, mengelola, merawat dan menyediakan informasi secara luas ke berbagai komunitas.

Perpustakan digital adalah koleksi data multimedia dalam skala besar yang terorganisasi dengan perangkat manajemen informasi dan metode yang mampu menampilkan data sebagai informasi dan pengetahuan yang berguna bagi masyarakat dalam berbagai konteks organsiasi dan sosial masyarakat. Hal ini berarti perpustakaan digital memerlukan model baru untuk akses informasi dan digunakan oleh pengguna dalam arti yangpaling luas. Tujuan riset dan pengembangan perpustakaan digital adalah untuk menghasilkan paradigma riset dan produk yang melayani pengguna dengan kebutuhan informasi dalam rentang luas serta dengan harapan yang semakin luas pula. Untuk mencapai tujuan tesebut pe riset harus melihat teknologi ke dalam konteks daerah, sosial, hukum dan ekonomi dan harus mendapatkan informasi dari pengguna dan studi penggunaan dalam setiap tahapan desain teknologi dan siklus perkembangan.

Saracevic juga memberikan pemikiran bahwa perpustakaan digital merupakan layanan perpustakaan yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi informasi. Menurutnya, setiap pengembangan perpustakaan digital disertai dengan perubahan teknologi yang besar menyesuaikan dengan perkembangan teknologi di masyarakat. Perpustakaan digital merupakan upaya/inisiatif sebuah perpustakaan dalam melestarikan sumber daya informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, perpustakaan digital merupakan sebuah perpustakaan yang memberikan layanannya melalui online dan berisi koleksi-koleksi digital perpustakaan yang dapat diakses oleh semua masyarakat secara terus-menerus dengan memanfaatkan teknologi informasi. Perpustakaan digital bukan sebuah entitas tunggal karena membutuhkan teknologi informasi dalam pembangunannya. Teknologi itulah yang menghubungkan koleksi yang dimiliki di database perpustakaan. Tautan yang ada bersifat transparan bagi pemustaka sehingga pemustaka tidak hanya dapat membuka catatan bibliografi dari suatu bahan pustaka tetapi juga dapat melihat dan membaca bahan pustaka tersebut. Misalnya bukunya dapat ditampilkan dan dibaca secara virtual.

      Salah satu terciptanya perpustakaan digital dan harus dilakukannya kegiatan digitalisasi di perpustakaan, karena beberapa dasar pemikiran, yaitu:

a)      Perkembangan teknologi informasi semakin membuka peluang-peluang baru bagi pengembang teknologi informasi perpustakaan yang murah dan mudah diimplementasikan oleh perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu,saat ini teknologi informasi sudah menjadi keharusan bagi setiap perpustakaan di Indonesia, terlebih untuk memnuhi tuntunan terhadap kebutuhan informasi masyarakat yang berbasis pengetahuan.

b)      Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, preservatif, dan rekreatif. Maka dari itu, perlu didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini dan massa yang akan datang sesuai kebutuhan untuk mengakomodir kegiatan tersebut, sehingga informasi dari seluruh koleksi yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkannya dari dalam maupun luar negeri.

c)      Dengan fasilitas digitalisasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang ada dapat dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik Indonesia,maupun dunia internasional.

d)     Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu hingga ratusan ribu, bahkan bisa sampai jutaan koleksi,dengan layanan yang mencakup masyarakat sekolah,sehingga perlu didukung dengan sistem otomasi yang lama, sehingga dapat mempertahankan layanan yang prima.[9]

 

 

d. Konsep Komunikasi Informasi

Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain atau hidup sendiri, melainkan bersama-sama hidup dengan orang lain, pasti memerlukan komunikasi terhadap manusia lainnya untuk mengutarakan maksud dan tujuan bahkan saling juga bertukar pikiran. Tanpa komunikasi maka manusia akan sulit untuk berhubungan karena komunikasilah yang memberikan suatu relasi atauhubungan terhadap manusia yang satu kepada manusia lainnya.[10]

Kita sebagai manusia tentu sangat sering bahkan tidak pernah tidak melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan komunikasi baik itu kepada orang tua, teman ataupun orang asing. Komunikasi tidak hanya dilakukan dengan berbicara tetapi gerakan tubuh dan ekspresi wajah juga dianggap sebagai komunikasi. Dan pada masa pandemi Covid-19 ini manusia berkomunikasi dan memberikan informasi menggunakan media sosial yang dimana  Media sosial adalah sebuah media online, dengan cara penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi. Perkembangan media sosial akhir-akhir ini sangat pesat.[11]

 Menurut Harold D. Lasswell, seorang peletak dasar ilmu komunikasi, menyebutkan bahwa ada tiga fungsi dasar pentingnya berkomunikasi, yaitu hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya, upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan, dan upaya manusia untuk melakukan transformasi warisan sosialisasinya. Selain itu, sifat manusia untuk menyampaikan keinginan dan mengetahui hasrat orang juga merupakan dasar seseorang berkomunikasi. Kegagalan dan keberhasilan seseorang dalam mencapai sesuatu sebagian besar ditentukan oleh kemampuan individu dalam berkomunikasi.

Menurut paradigma Harold D. Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of Communcation in Society dalam Mulyana, komunikasi memiliki 5 unsur penting yaitu:

    1.      Komunikator (Siapa yang mengatakan)

    2.      Pesan (Apa yang disampaikan)

    3.      Media (Melalui apa)

    4.      Komunikan (Kepada siapa mengatakannya)

    5.      Efek (Memiliki dampak apa)

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian komunikasi adalah terjadinya interaksi antara pemberi dan penerima pesan melalui berbagai media yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu. Jadi, syarat utama terjadinya komunikasi adalah adanya interaksi antara komunikan dan komunikator. Informasi merupakan isi dari unsur pesan dalam komunikasi. Informasi memiliki dampak sebagai pembuat keputusan bagi penerimanya. Oleh sebab itu, unsur pesan dan usur efek memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Siklus dalam proses komunikasi berawal dari komunikator membawa pesan yang berisi informasi kemudian informasi tersebut disampaikan kepada komunikator secara langsung maupun tak langsung, hasil akhirnya informasi tersebut dapat memberikan informasi kepada komunikan.  

e. Kebutuhan adanya Perpustakaan Digital (Digital Library)

Perkembangan informasi global semakin tampak dirasakan oleh masyarakat baik dalam kebutuhan barang, layanan maupun jasa. Di era digital seperti sekarang ini, perpustakaan harus mengikuti alur perkembangan teknologi dan menyesuaikan kebutuhan serta keadaan pemustakanya. Pada setiap masa, perpustakaan akan terus berkembang semakin canggih dan semakin besar. Baik dari sisi luar perpustakaan seperti gedung maupun sisi dalam seperti pustakawan dan koleksinya. Dengan berubahnya arus perkembangan teknologi dan juga kebutuhan masyarakat akan informasi maka, mau tidak mau perpustakaan harus membentuk perpustakaan digital.

Menurut Masnezah perpustakaan digital merupakan suatu kumpulan koleksi informasi yang besar dan teratur, didigitalkan dalam berbagai bentuk (kombinasi antara teks, gambar, suara dan video) yang yang memungkinkan pencarian informasi kapan dan dimana saja melalui konsep jaringan komunikasi global serta penggunaan teknologi informasi yang maksimal.[12]

Perpustakaan digital juga perpustakaan yang tidak harus memiliki perpustakaan fisik akan tetapi koleksi yang dihimpun bersifat maya. Berbeda dengan perpustakaan hibrida, perpustakaan hibrida memiliki keduanya. Perpustakaan hibrida merupakan perpustakaan tradisional yang berkembang dengan menggunakan bantuan jaringan komputer. Koleksi perpustakaan hibrida terbagi menjadi 2 yaitu koleksi digital dan koleksi fisik. Perpustakaan inilah yang banyak dijumpai di Indonesia maupun di luar negeri. Hal tersebut dikarenakan tuntutan masyarakat yang menginginkan kemudahan dan efisiensi dalam mengakses sumber informasi. Akan tetapi, pada saat ini penyebutan kedua perpustakaan tersebut dianggap sama yaitu perpustakaan digital/ digital library.

Dengan bantuan teknologi, perpustakaan dan pustakawan dapat memberikan layanannya melalui online. Misal layanan sirkulasi, dengan perpustakaan digital maka pemustaka dapat melakukan peminjaman dan pengembalian buku yang berbentuk e-book. Selain itu, perpustakaan juga dapat memberikan layanan Ask Librarian sebagai pengganti pustakawan di perpustakaan fisik. Selain itu, juga dapat memberikan fitur-fitur baru seperti menonton film, gaming, dan fitur lain yang berguna untuk menarik minat pemustaka dalam menggunakan perpustakaan tersebut sebagai hiburan.

Sebagian besar perpustakaan yang terakreditasi sudah mengembangkan perpustakaan digitalnya dengan menggunakan bantuan website seperti misalnya digilib, library, lib. atau aplikasi yang dapat diakses apabila terdapat jaringan internet. Setiap perpustakaan harus memiliki inisiatif tersendiri untuk mempromosikan perpustakaannya kepada masyarakat luas agar eksistensi perpustakaan tidak hilang. Selain itu, dengan perpustakaan digital maka perpustakaan juga memiliki database yang digunakan untuk menyimpan/menghimpun sumber daya informasi milik perpustakaan.

Perpustakaan tidak hanya menyediakan sumber informasinya saja, akan tetapi juga ikut andil dalam membimbing pemustaka. Ada juga Menurut Putu Laxman Pendit dalam makalahnya yang membahas perpustakaan perguruan tinggi yang berjudul “Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi: Tantangan Peningkatan Kualitas Jasa”, sebuah perpustakaan seharusnya menyediakan program yang telah disusun secara runtut dan terorganisir dalam membantu pemustaka yang hanya bisa memakai koleksi perpustakaan hingga menjadi pemustaka yang memiliki kemampuan literasi informasi atau kemampuan menyusun strategi pencarian informasi sesuai dengan kebutuhan dan bidangnya. Dengan adanya perpustakaan digital, maka tuntutan tersebut dapat terpenuhi. Karena, perpustakaan dapat memberikan bimbingan atau informasi lain terkait dengan hal tersebut melalui fitur dan layanan yang diberikan.

f. Peran Komunikasi Informasi

Perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak di bidang informasi pasti membutuhkan komunikasi untuk memenuhi tujuan dibentuknya perpustakaan yaitu memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Komunikasi merupakan unsur penting yang mempengaruhi eksistensi perpustakaan. Tanpa adanya komunikasi, maka proses transmisi ilmu pengetahuan akan sulit terjadi. Proses transmisi tersebut berada didalam interaksi antara pustakawan dan pemustaka baik secara langsung maupun tidak yang menjadi contoh nyata aktivitas komunikasi di perpustakaan.[13]

Pemanfaatan media sosial salah satu media yang secara langsung dapat di update oleh pemustaka, interaksi antara pengelola perpustakaan dengan pemustaka bisa secara optimal melalui layanan di media sosial ini. Informasi yang diberikan oleh lembaga perpustakaan akan selalu di nantikan oleh pemustaka yang memerlukan sumber informasi untuk melalukan penelitian, tugas perkuliahan dan informasi akademik lainnya. Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. [14]

Menurut Nasrullah media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual. Dalam media sosial, tiga bentuk yang merujuk pada makna bersosial adalah pengenalan (cognition), komunikasi (communicate) dan kerjasama (cooperation).[15]

Apabila secara langsung, maka interaksi terjadi di perpustakaan fisik dan apabila secara tidak langsung, maka interaksi terjadi melalui online misal melalui website, chat, telepon, email. Proses komunikasi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui perpustakaan digital. Disinilah peran komunikasi informasi sangat dibutuhkan. Perpustakaan digital dibentuk dalam rangka memberikan kemudahan akses kepada pemustaka agar proses temu kembali informasi menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, perpustakaan digital juga dijadikan media promosi perpustakaan.

Hal tersebut juga berlaku pada digital library di perguruan tinggi. Pada saat ini banyak perguruan tinggi yang membangun perpustakaan digital untuk dijadikan media promosi perpustakaan sekaligus institusinya. Oleh sebab itu, komunikasi informasi memiliki peranan penting untuk meningkatkan layanan online yang ada di perpustakaan digital tersebut. Dengan komunikasi informasi, maka kualitas isi informasinya akan semakin baik dan tampilan layanan semakin menarik.

g. Inovasi layanan perpustakaan dalam pandemi Covid-19

Dunia saat sedang dilanda sebuah pandemi yaitu Covid-19 yang merupakan sebuah virus yang berasal dari Wuhan China. Akibat adanya pandemi tersebut muncul banyak himbauan agar masyarakat tidak keluar rumah termasuk pekerja dan pelajar. Tagar #workfromhome atau biasa disebut WFH merupakan himbauan agar para pekerja dan pelajar melakukan kegiatannya di rumah saja. Melalui himbauan tersebut munculah tagar-tagar baru yaitu #stayathome dan #socialdistancing. Pandemi Covid-19 berdampak pada banyak hal, salah satunya perpustakaan. Perpustakaan tidak dapat memberikan layanannya secara langsung, oleh sebab itu perpustakaan beralih ke perpustakaan digital yang dapat diakses melalui website agar masyarakat pengguna masih dapat menggunakan layanan sebagaimana mestinya untuk memenuhi kebutuhan informasinya untuk misalnya tugas kuliah.

Dengan adanya pandemi ini, maka perpustakaan khususnya perpustakaan digital dapat mengambil peluang. Pada saat ini pasti banyak mahasiswa yang memerlukan bantuan perpustakaan dalam memperoleh informasi melalui bahan pustaka atau sumber informasi lain untuk memenuhi keperluan tugas kuliahnya. Perpustakaan digital dapat melakukan evaluasi pelayanan digital dan mengambil 2 peluang dalam memberikan layanan dari adanya pandemi ini, yaitu:  

a.       Promosi perpustakaan.

Promosi perpustakaan adalah seuatu kegiatan perpustakaan yang dirancang agar masyarakat mengetahui manfaat perpustakaan dan dapat meningkatkan pendayagunaan seluruh koleksi perpustakaan. Promosi perpustakaan menurut Qalyubi dkk adalah memperkenalkan fungsi perpustakaan kepada pemakai, mendorong minat baca dan masyarakat untuk menggunakan koleksi perpustakaan semaksimal mungkin, memperkenalkan jasa pelayanan perpustakaan kepada masyarakat, memberikan kesadaran masyarakat untuk mendukung kegiatan perpustakaan dan memasyarakatkan program “tak kenal maka tak sayang”.[16]

b.      Peningkatan kualitas.

Perpustakaan digital yang sudah ada dapat diperbaiki dan dikembangkan menjadi lebih baik kualitasnya. Perpustakaan dapat memperbaiki kualitas sistemnya agar pengguna dapat merasakan kemudahan akses dan pengoperasiannya. Perbaikan kualitas sistem yang dimaksud dapat dilakukan dengan cara membangun website yang well-designed. Misalnya tata letak rapi, tampilan visualnya menarik, isi informasinya beragam. Dengan adanya peluang-peluang diatas, maka perpustakaan dapat menciptakan sebuah inovasi. Inovasi tersebut dapat membantu peran peluang dalam mencapai tujuannya.

 

h. Memberikan informasi penting terkait Covid-19

Ketika adanya pandemi seperti ini, maka perpustakaan fisik akan ditutup dan dialihkan ke perpustakaan digital. Penerapan konsep digital library, baik di Indonesia maupun di luar negeri dapat memaksimalkan kemampuan komunikasi informasinya dalam mengembangkan inovasi ini. Misalnya update kasus Covid-19 seperti jumlah kematian dan tertular, memberikan video yang disalurkan ke link youtube atau berita online yang kredibilitas isi terjamin misalnya cara pencegahan, pentingnya social distancing. Informasi-informasi tersebut dapat menambah pengetahuan pemustaka oleh sebab itu perpustakaan harus aktif dalam menjalankan inovasi tersebut. Selain informasi umum, perpustakaan juga dapat menyediakan tulisan-tulisan ilmiah atau penelitian-penelitian terkait dengan Covid-19.

i. Melakukan kerjasama antar perpustakaan

Inovasi kedua yang dapat dilakukan perpustakaan ketika terjadi pandemi adalah memperluas kerjasama antar perpustakaan. Dalam bekerja sama, perpustakaan dapat melakukan kegiatan resource sharing atau kegiatan saling berbagi dan memanfaatkan sumber daya perpustakaan. Sumber daya yang dibagikan berupa informasi, koleksi dan staff. Perpustakaan dapat bekerjasama dengan melakukan kegiatan seperti: menyediakan layanan ke perpustakaan lain, menyediakan pelatihan ke staff perpustakaan lain, dan berbagi koleksi yang dimiliki agar dapat digunakan oleh perpustakaan lain. Kegiatan tersebut sudah banyak diterapkan pada perpustakaan-perpustakaan besar yang ada di negara maju.

Sebaiknya perpustakaan di Indonesia juga dapat mengikutinya agar pemustaka dapat lebih mudah dalam memperoleh koleksi yang diinginkannya. Kegiatan dilakukan agar perpustakaan dapat saling melengkapi kekurangannya. Pendit mengungkapkan bahwa faktor pendorong adanya kegiatan resource sharing karena adanya, “Perkembangan ilmu yang semakin multidisiplin dan kecepatan perubahan dalam berbagai subjek atau topik penelitian, menyebabkan perpustakaan berganti orientasi". Ia berpendapat bahwa perpustakaan yang mulanya berfokus pada memperbanyak jumlah koleksi menjadi memperluas jangkauan kerjasama.

Menurut Posner dalam artikelnya yang berjudul “Library information sharing: Best practices and trends, Challenges and prospects”, bahwa dengan melakukan resource sharing, perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang sekiranya sulit ditemukan. Setiap perpustakaan yang saling bekerja sama dapat memenuhi satu sama lain kekurangannya. Resource sharing dapat dilakukan dengan cara membentuk sebuah pangkalan data yang berisi koleksi digital. Dengan sistem tersebut, pemustaka akan mudah mengakses dan menemukan kebutuhan informasi dengan mencarinya diantara timbunan koleksi digital yang ada. Perpustakaan yang bekerjasama dapat membentuk sebuah layanan dalam website perpustakaan yang disebut “shared collection”, dimana setiap pengguna dari perpustakaan yang satu dapat meminjam koleksi perpustakaan lain melalui website tersebut.

j. Menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Akibat dengan adanya pandemi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang melakukan pekerjaannya di rumah. Pada awalnya, mereka masih menikmatinya akan tetapi semakin lama masyarakat tersebut merasa bosan dan jenuh. Untuk mengatasi rasa jenuh mereka biasanya membaca buku atau menonton film untuk mengisi waktu-waktu luang mereka setelah menyelesaikan kewajibannya sebagai pekerja atau pelajar. Dengan adanya keadaan tersebut, perpustakaan dapat mengembangkan inovasi dengan cara menyediakan layanan terbaru yang sesuai dengan keinginan masyarakat untuk mengisi waktu luangnya. Layanan koleksi berupa bacaan digital menjadi yang penting diberikan kepada pemustaka dalam memberikan layanan informasi. Kebutuhan bacaan digital saat masa pandemi akan memudahkan pemustaka untuk membaca tanpa harus meminta buku secara fisik datang ke perpustakaan.

Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, perpustakaan baik di Indonesia maupun di luar negeri telah merubah kegiatan perpustakaannya menjadi dalam bentuk online/ digital dimana masyarakat pengguna perpustakaan dapat mengaksesnya dimanapun dan kapanpun. Perpustakaan mengambil tindakan yang cukup cepat dan tepat untuk menyesuaikan keadaan di lingkungan masyarakatnya. Setiap perpustakaan dapat mengambil peluang disetiap situasi yang ada dengan mengembangkan inovasi-inovasi yang sudah diterapkan maupun membentuk inovasi baru untuk memperluas jangkauan perpustakaan dan memperbesar eksistensi perpustakaan di mata masyarakat. Semakin banyaknya pustakawan yang berinovasi, maka semakin meningkat pula citra perpustakaan. Hal ini sesuai pendapat Haryanto bahwa pustakawan harus mengambil tindakan apapun termasuk inovasi terbaru untuk meningkatkan kepuasan pengguna sehingga pengguna akan dengan senang hati menggunakan perpustakaan digital tersebut.

Kesimpulan dan rekomendasi

Perkembangan digital yang didukung oleh teknologi informasi dan informasi merupakan tantangan perpustakaan pada masa kini. Perpustakaan perguruan tinggi harus menyesuaikan trend yang ada di masyarakat. Apabila perpustakaan tidak dapat mengikuti laju perkembangan teknologi yang pesat dapat dipastikan perpustakan akan mengalami ketertinggalan zaman. Akibatnya eksistensi perpustakaan di masyarakat akan ikut meredup. Oleh sebab itu, untuk menyiasati perkembangan teknologi di era serba digital ini perpustakaan mengembangkan sebuah perpustakaan digital yang dapat diakses melalui website perpustakaan atau aplikasi yang dikembangkan oleh perpustakaan tersebut.

Dengan adanya perpustakaan digital maka pengguna akan semakin mudah dalam melakukan pencarian informasi di beberapa database koleksi digital. Selain itu mayoritas pemustaka juga lebih sering melakukan pencarian informasi secara lintas platform website database sehingga informasi yang didapat semakin luas. Dalam mengembangkan perpustakaan digital, komunikasi merupakan unsur terpenting.

Perpustakaan harus benar-benar memikirkan informasi yang akan disampaikan agar pengguna semakin tertarik untuk membuka lebih lanjut informasi yang diberikan. Pustakawan memiliki peran penting dalam proses pengembangan ini karena mereka merupakan otak dalam mengolah komunikasi informasi di website perpustakaan yang ditunjang oleh teknologi informasi.

Dengan kecanggihan teknologi, perpustakaan dapat menampilkan informasi-informasi dengan tampilan yang menarik. Namun, harus diingat bahwa berdasarkan teori Ranganathan, perpustakaan merupakan organisasi yang berkembang. Salah satu upaya untuk mengembangkannya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi tanpa harus meninggalkan prinsip kepustakawan yang sudah tertanam di dalam diri perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan tidak boleh menyimpang dari tradisi yang sudah ada walaupun mengadopsi teknologi untuk pengembangan perpustakaan.

Daftar Pustaka

Buku

Wiji Suwarno. 2016. Organisasi Informasi Perpustakaan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Muh. Azwar Muin. 2015. Information Literacy Skill. Makassar : Alauddin University Press.

Sutarno, Ns.2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Sulistyo Basuki.1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Agus Rifai. 2003. Perpustakaan Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Jurnal

Putut Suharso. 2020.  Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Pandemi

Covid-19. Jurnal : Anuva Vol 4 271-286.

Thoriq Tri Prabowo. 2013. Mengenal Perpustakaan Digital. Jurnal: FIHRIS Vol VIII  No 1

Januari-Juni.

Hildayati Raudah Hutasoit. 2012. Perpustakaan Digital Perpustakaan Massa Depan. Jurnal :

Iqra’. Vol 06 No. 02.

Subrata. 2009. Perpustakaan Digital. Jurnal : Perpustakaan UM.

Ahmad Setiadi. 2015. Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektitas Komunikasi. AMIK BSI

Karawang.

Rerin Maulinda. Etika Komunikasi Dalam Menggunakan Media Sosial. Unpam.

Auli Rahmi. 2017. Pembuatan Buku Panduan Media Promosi Perpustakaan di Perpustakaan

Amanah Masjid Taqwa Muhammadiah Sumatera Barat. Jurnal : Ilmu Informasi

Perpustakaan dan  kearsipan. Vol 6 no 1.

Irsalina Almas. Peran Komunikasi Efektif Pustakawan. Universitas Diponegoro Semarang.

Mulawarman. 2017. Perilaku Pengguna Media Sosial beserta Implikasinya. Buletin

Psikologi.Vol. 25, No. 1, 36 – 44

Errika Dwi Setya Watie .2011. Komunikasi dan Media Sosial. THE MESSENGER, Volume

III, Nomor 1, Edisi Juli.

 

 

 



[1] Putut Suharso. 2020.  Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Hlm 2.

[2] Sutarno, Ns. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2006. Hlm 1

[3] Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka. 1999. Hlm 17

[4] Agus Rifai. Perpustakaan Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2003. Hlm 18

[5] Wiji Suwarno. Organisasi Informasi Perpustakaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2016. Hlm. 7

[6] Hildayati Raudah Hutasoit. Perpustakaan Digital Perpustakaan Massa Depan.( Jurnal Iqra’, 2012). Vol. 06, No. 02.

[7] Muh.Azwar Muin. 2015. Information Literacy Skill. Hlm. 179

 

[8] Muh Azwar. Information Literacy Skill. Yogyakarta:Alauddin University Press. 2015. Hlm 181.

[9] Subrata. Perpustakaan Digital. (Jurnal Perpustakaan UM, 2009). Hlm 6

[10] Errika Dwi Setya Watie. Komunikasi dan Media Sosial. THE MESSENGER, Volume III, Nomor 1, Edisi Juli 2011. Hlm 70.

[11]  Rerin Maulinda. Etika Komunikasi Dalam Menggunakan Media Sosial. Unpam. Hlm 1

[12] Thoriq Tri Prabowo. Mengenal Perpustakaan Digital. Jurnal: FIHRIS Vol VIII  No 1 Januari-Juni. 2013. Hlm 111

[13] Irsalina Almas. Peran Komunikasi Efektif Pustakawan. Universitas Diponegoro Semarang. Hlm 3

[14] Mulawarman. Perilaku Pengguna Media Sosial beserta Implikasinya. Buletin Psikologi. 2017, Vol. 25, No. 1, 36 – 44.

[15] Ahmad Setiadi. Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektitas Komunikasi. AMIK BSI Karawang. 2015. Hlm 1

[16] Auli Rahmi. Pembuatan Buku Panduan Media Promosi Perpustakaan di Perpustakaan Amanah Masjid Taqwa Muhammadiah Sumatera Barat. Jurnal : Ilmu Informasi Perpustakaan dan  kearsipan. Vol 6 no 1. 2017. Hlm 2

            


1 komentar:

Layanan Perpustakaan Digital Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

  Layanan Perpustakaan Digital Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Wahyu Gunanda Email:wahyugunanda12@gmail.com Universitas Islam Neger...